Warga Tolak Pembangunan Pengelolaan Air Limbah
KORANBERNAS.ID, BANTUL — Pembangunan proyek Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat (SPAL-DT) yang dibiayai oleh APBN di Dusun Bondalem, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, mendapat penolakan warga. Warga mengkhawatirkan polusi bau dari proyek yang mulai dikerjakan April 2020 itu ditarget selesai Februari 2021.
Muantoro, ketua warga penolak proyek SPAL-DT, mengatakan ada 194 Kepala Keluarga (KK) atau 94 persen dari warga setempat yang sepakat menolak pembangunan. Perwakilan warga yang didampingi DPD LBH Ferari DIY, melakukan audiensi kepada Bupati Bantul, Drs H Suharsono, guna menyampaikan aspirasi, Jumat (20/6/2020).
Bupati, saat menerima warga, mengatakan tentu proyek yang dibangun tersebut telah melalui banyak pertimbangan dan kajian. “Kalau untuk kehawatiran bau, saya kira tidak, karena adanya kemajuan teknologi. Tetapi aspirasi ini kami tampung untuk dibahas lebih lanjut,” kata Bupati.
Sedangkan Muantoro kepada koranbernas.id, usai bertemu Bupati dan jajaran, mengatakan banyak faktor yang menjadi sebab penolakan warga. “Kalau dibilang teknologi tidak bau, kan ini buatan manusia. Siapa yang tahu. Apalagi daerah kami juga rawan gempa,” katanya.
Selain takut pencematan bau, warga yang menolak juga takut soal kualitas air. Mengingat lokasi pembangunan hanya berjarak 50 meter dari masjid dan kurang dari 200 meter dari pemukiman penduduk.
“Kami menolak juga karena sosialisasi yang kami nilai kurang. Warga terdampak terdekat bahkan tidak diajak sosialisasi,” katanya. Selain juga dusun mereka sudah ada IPAL Komunal yang bisa memenuhi satu pedukuhan.
Spesialisasi Pembuatan Pengolahan Air Limbah Terpercaya
Selain itu, di lokasi tersebut rawan banjir karena terkepung oleh tiga sungai yakni Sungai Winongo di sisi timur, Sungai Gejlik di sisi barat dan Sungai Kretek, dimana pada bulan Januari hingga Februari sering banjir. Sungai Winongo meluap ke barat, dan Kali Gejlik ke timur sehingga tempuk di Dusun Bondalem. Belum lagi banjir kiriman dari sisi utara.
“Dan saat sosialisasi terakhir, ada wilayah lain yang justru ingin pembangunan IPAL. Jadi kami berharap bisa dipindah ke sana. Bukan kami menolak proyeknya, namun agar bisa dipindah, jangan di Bondalem,” katanya.
Muantoro melihat ada dua pedusunan yang relatif lebih memungkinkan untuk dibangun karena luas dan jauh dari pemukiman, yakni Dusun Dodotan dan Dusun Kanutan. Warga berharap agar ada survei ke dua dusun itu, dan bisa memindah lokasi pembangunan SPAL-DT.
Sementara Camat Bambanglipuro, Lukas Sumanasa M.Kes, meyakinkan dengan teknologi yang ada, maka kekhawatiran bau tidak perlu lagi. “Pembangunan ini aman bagi lingkungan,” katanya.
Menurutnya, proyek harus selesai sesuai target yang ditentukan. Tentu nantinya akan ada komunikasi lagi dengan warga untuk bisa lebih memahamkan hal tersebut. Termasuk manfaat pembangunan SPAL-DT bagi masyarakat.
Sumber : KORANBERNAS.ID